Monday, February 12, 2018

Diabetes insipidus adalah kondisi yang cukup langka, dengan gejala selalu merasa haus dan pada saat bersamaan sering membuang air kecil dalam jumlah yang sangat banyak. Jika sangat parah, penderitanya bisa mengeluarkan air kencing sebanyak 20 liter dalam sehari.
Diabetes insipidus sendiri berbeda dengan diabetes melitus. Diabetes melitus adalah penyakit jangka panjang yang ditandai dengan kadar gula darah di atas normal. Diabetes insipidus, pada lain sisi tidak terkait dengan kadar gula dalam darah.
Diabetes insipidus-Alodokter

Penyebab Diabetes Insipidus

Terjadinya diabetes insipidus dikarenakan gangguan pada hormon antidiuretik (antidiuretic hormone/ADH) yang mengatur jumlah cairan dalam tubuh. Hormon ini dihasilkan hipotalamus, yaitu jaringan khusus di otak. Hormon ini disimpan oleh kelenjar pituitari setelah dihasilkan oleh hipotalamus.
Kelenjar pituitari akan mengeluarkan hormon antidiuretik ini saat kadar air di dalam tubuh terlalu rendah. ‘Antidiuretik’ berarti bersifat berlawanan dengan ‘diuresis’. ‘Diuresis’ sendiri berarti produksi urine. Hormon antidiuretik ini membantu mempertahankan air di dalam tubuh dengan mengurangi jumlah cairan yang terbuang melalui ginjal dalam bentuk urine.
Yang menyebabkan terjadinya diabetes insipidus adalah produksi hormon antidiuretik yang berkurang atau ketika ginjal tidak lagi merespons seperti biasa terhadap hormon antidiuretik. Akibatnya, ginjal mengeluarkan terlalu banyak cairan dan tidak bisa menghasilkan urine yang pekat. Orang yang mengalami kondisi ini akan selalu merasa haus dan minum lebih banyak karena berusaha mengimbangi banyaknya cairan yang hilang.
Diabetes insipidus sendiri terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu:
  • Diabetes insipidus kranial. Diabetes insipidus jenis ini yang paling umum terjadi. Disebabkan tubuh tidak memiliki cukup hormon antidiuretik dari hipotalamus. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kerusakan pada hipotalamus atau pada kelenjar pituitari. Kerusakan yang terjadi bisa diakibatkan oleh terjadinya infeksi, operasi, cedera otak, atau tumor otak.
  • Diabetes insipidus nefrogenik. Diabetes insipidus jenis ini muncul ketika tubuh memiliki hormon antidiuretik yang cukup untuk mengatur produksi urine, tapi organ ginjal tidak merespons terhadapnya. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh kerusakan fungsi organ ginjal atau sebagai kondisi keturunan. Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi penyakit mental, seperti lithium, juga bisa menyebabkan diabetes insipidus jenis ini.
Jika Anda mengalami gejala diabetes insipidus, seperti selalu merasa haus dan buang air kecil melebihi dari biasanya, sebaiknya segera temui dokter. Mungkin yang Anda alami bukan diabetes insipidus, tapi akan lebih baik untuk mengetahui penyebabnya.
Orang dewasa buang air kecil sebanyak 4-7 kali dalam sehari, sedangkan anak kecil melakukannya hingga 10 kali dalam sehari. Hal ini dikarenakan kandung kemih anak-anak berukuran lebih kecil. Dokter akan melakukan beberapa tes untuk mengetahui penyebab pastinya dan diagnosis terhadap kondisi yang dialami.

Pengobatan Diabetes Insipidus

Pada diabetes insipidus kranial, pengobatan mungkin tidak perlu dilakukan pada kasus yang ringan. Untuk mengimbangi jumlah cairan yang terbuang, Anda perlu mengonsumsi air lebih banyak. Terdapat obat yang berfungsi untuk meniru peran hormon antidiuretik bernama desmopressin. Jika memang diperlukan, Anda bisa mengonsumsi obat ini.
Sedangkan pada diabetes insipidus nefrogenik, obat yang digunakan untuk mengatasinya adalah thiazide diuretik. Obat ini berfungsi menurunkan jumlah urine yang dihasilkan oleh organ ginjal.

Komplikasi Diabetes Insipidus

Rendahnya jumlah air atau cairan dalam tubuh dinamakan dehidrasi. Ini adalah salah satu komplikasi yang disebabkan oleh diabetes insipidus. Jika dehidrasi yang terjadi cukup ringan, Anda bisa minum oralit untuk mengatasinya. Tapi penanganan di rumah sakit akan diperlukan jika dehidrasi yang dialami cukup parah.

 Gejala
Gejala utama dari diabetes insipidus adalah selalu merasa haus dan sering buang air kecil dalam jumlah banyak. Anda akan selalu dihantui perasaan haus meski sudah minum banyak sekali air.
Jumlah urine yang dikeluarkan penderita diabetes insipidus tiap harinya adalah sekitar 3-20 liter, mulai dari kasus diabetes insipidus yang ringan hingga kasus yang paling parah. Kencing yang dialami penderita kondisi ini bisa sebanyak 3-4 kali per jam.
Gejala yang muncul di atas bisa mengganggu aktivitas sehari-hari maupun pola tidur Anda. Akibatnya akan muncul rasa lelah, mudah marah, dan sulit untuk berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Diabetes insipidus pada anak-anak mungkin lebih sulit untuk dikenali, apalagi anak tersebut belum bisa berkomunikasi dengan baik. Gejala pada anak yang menderita dengan diabetes insipidus adalah:
  • Mengompol pada waktu tidur.
  • Mudah terusik atau marah.
  • Menangis secara berlebihan.
  • Suhu tubuh tinggi atau hipertermia.
  • Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
  • Kehilangan selera makan.
  • Merasa kelelahan dan keletihan.
  • Pertumbuhan lebih lambat.
Pastikan untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika Anda mengalami dua gejala utama dari diabetes insipidus, yaitu selalu merasa haus dan sering buang air kecil dalam jumlah banyak.

Penyebab
Hipotalamus, jaringan di otak yang mengendalikan suasana hati dan nafsu makan, adalah organ yang menghasilkan hormon antidiuretik. Hormon ini akan disimpan di dalam kelenjar pituitari sampai dibutuhkan. Kelenjar pituitari sendiri berada di bawah otak, dan berada di belakang batang hidung. Kelenjar ini akan melepaskan hormon antidiuretik saat kadar air tubuh menurun untuk menghentikan produksi urine di ginjal.
Diabetes insipidus terjadi ketika hormon antidiuretik terganggu dalam mengatur kadar air tubuh. Akibatnya, tubuh memproduksi banyak urine dan membuang air dalam jumlah yang sangat banyak.
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang kedua jenis diabetes insipidus.
Diabetes Insipidus Kranial
Ini adalah kondisi ketika tubuh tidak menghasilkan cukup banyak hormon antidiuretik dan mengakibatkan banyaknya air yang terbuang dalam urine. Di bawah ini adalah beberapa penyebab paling umum dari diabetes insipidus jenis ini, yaitu:
  • Sekitar 16 persen kasus diabetes insipidus kranial disebabkan karena cedera kepala parah yang merusak hipotalamus atau kelenjar pituitari.
  • Sekitar 20 persen kasus diabetes insipidus kranial disebabkan karena komplikasi akibat operasi otak yang merusak hipotalamus atau kelenjar pituitari.
  • Sekitar 25 persen kasus diabetes insipidus kranial disebabkan karena tumor otak yang merusak hipotalamus atau kelenjar pituitari.
Berikut ini beberapa penyebab diabetes insipidus kranial yang lebih jarang terjadi.
  • Kanker otak.
  • Kekurangan oksigen pada otak misalnya akibat stroke.
  • Terjadinya infeksi yang merusak otak, misalnya ensefalitis dan meningitis.
  • Sindrom Wolfarm merupakan kelainan  genetik langka yang bisa menyebabkan kehilangan pandangan.
Sekitar 1 dari 3 kasus diabetes insipidus kranial tidak diketahui penyebabnya.
Diabetes Insipidus Nefrogenik
Ini adalah kondisi ketika hormon antidiuretik dihasilkan sesuai dengan kadar yang dibutuhkan oleh tubuh. Tapi organ ginjal tidak sensitif atau tidak merespons terhadap hormon ini.
Hormon antidiuretik normalnya akan mengirim sinyal pada jaringan nefron yang berada di dalam ginjal. Nefron adalah struktur kecil yang mengendalikan berapa banyak air yang diserap oleh tubuh dan berapa banyak air yang dikeluarkan dalam bentuk urine. Bagi orang yang menderita diabetes insipidus nefrogenik, proses pengiriman sinyal ini terganggu. Akibatnya, orang yang mengalaminya akan selalu merasa haus karena urine terbuang dalam jumlah yang banyak. Diabetes insipidus nefrogenik sendiri terbagi menjadi dua jenis:
  • Congenital nephrogenic diabetes insipidus atau dikenal dengan diabetes insipidus nefrogenik kongenital. Penderita diabetes nefrogenik kongenital terlahir dengan kondisi demikian. Terdapat dua jenis mutasi atau perubahan genetika yang menyebabkan diabetes insipidus nefrogenik kongenital, yaitu AVPR2 dan AQP2. Mutasi genetika AVPR2 hanya bisa ditularkan dari ibu kepada putranya. Mutasi jenis ini terjadi pada 9 dari 10 penderita. Sedangkan mutasi genetika AQP2 terjadi pada 1 dari 10 kasus diabetes insipidus nefrogenik kongenital dan bisa memengaruhi baik laki-laki maupun perempuan.
  • Acquired nephrogenic diabetes insipidus. Penderita diabetes insipidus jenis ini tidak terlahir dengan kondisi ini. Faktor penyebab acquired nephrogenic diabetes insipidusyang paling umum adalah efek samping lithium. Lithium sendiri adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan bipolar. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang, sel-sel organ ginjal bisa rusak dan kemudian tidak lagi bisa merespons hormon antidiuretik. Hampir 50 persen orang akan mengalami diabetes insipidus nefrogenik jika mengonsumsi obat ini dalam jangka panjang. Pastikan untuk melakukan pemeriksaan organ ginjal tiap tiga bulan sekali selama Anda mengonsumsi lithium. Penyebab lain dari kondisi ini selain lithium adalah:
    • Pielonefritis atau infeksi ginjal. Organ ginjal mengalami kerusakan karena infeksi.
    • Obstruksi saluran kemih. Terhambatnya satu atau kedua saluran kemih yang menghubungkan organ ginjal ke kandung kemih, seperti batu ginjal.
    • Hiperkalemia. Jumlah kalsium berlebih dalam darah yang bisa merusak ginjal.
    • Hipokalemia. Jumlah potasium dalam darah sedikit, padahal semua sel dalam tubuh membutuhkan potasium untuk berfungsi dengan benar.
Pengobatan diabetes insipidus bergantung kepada jenis yang diderita. Pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi jumlah urine yang dihasilkan oleh tubuh dan mengendalikan gejala yang muncul.
Pengobatan Diabetes Insipidus Kranial
Jika Anda menghasilkan urine sebanyak 3-4 liter dalam satu hari (24 jam), kondisi ini dianggap sebagai diabetes insipidus kranial ringan. Kondisi ini tidak memerlukan pengobatan khusus. Anda bisa meredakan gejala yang muncul dengan meningkatkan konsumsi air putih Anda untuk menghindari dehidrasi. Dokter akan menyarankan setidaknya mengonsumsi 2,5 liter dalam satu hari.
Jika kondisi yang Anda alami cukup parah dan disebabkan oleh rendahnya produksi hormon antidiuretik, maka mengonsumsi banyak air belum cukup untuk meredakan gejala yang muncul. Berikut ini beberapa obat yang mungkin digunakan untuk mengatasi kondisi yang dialami.
  • Desmopressin. Obat ini berfungsi seperti hormon antidiuretik. Obat ini akan menghentikan produksi urine. Desmopressin adalah hormon antidiuretik buatan dan memiliki fungsi lebih kuat dari hormon aslinya. Obat ini bisa berbentuk obat semprot hidung atau tablet. Efek samping yang mungkin terjadi adalah sakit kepala, sakit perut, mual, mimisan, atau hidung berair atau tersumbat. Untuk tahu lebih banyak tentang obat ini, tanyakan kepada dokter atau apoteker.
  • Thiazide diuretik. Obat ini berfungsi membuat urine menjadi lebih pekat dengan cara mengurangi kadar airnya. Efek samping yang mungkin terjadi akibat obat ini adalah pusing ketika berdiri, gangguan pencernaan, kulit menjadi lebih sensitif, dan bagi pria, mengalami disfungsi ereksi.
  • Obat Anti-inflamasi Non-steroid. Jika kelompok obat ini dikombinasikan dengan thiazide diuretik, obat ini bisa menurunkan jumlah urine yang dikeluarkan oleh tubuh.
Pengobatan Diabetes Insipidus Nefrogenik
Jika kondisi yang Anda alami disebabkan oleh obat seperti lithium dan tetracycline, dokter spesialis penyakit hormon akan meminta Anda berhenti mengonsumsinya dan mencari obat penggantinya. Jika tidak disarankan oleh dokter, jangan berhenti mengonsumsi obat yang telah diresepkan dokter.
Jika organ ginjal mengalami gangguan dan tidak bisa merespons hormon antidiuretik sehingga menyebabkan diabetes insipidus nefrogenik, maka Anda akan disarankan untuk meminum banyak air putih agar terhindar dari dehidrasi. Obat desmopressin tidak bisa mengatasi kondisi ini.
Mengurangi asupan garam juga akan membantu ginjal dalam menyimpan air dan mengurangi volume urine. Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengubah pola makan Anda. Untuk mengurangi jumlah produksi urine dari organ ginjal, kombinasi thiazide diuretik dan obat antiinflamasi non-steroid akan diresepkan pada diabetes insipidus nefrogenik yang parah.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © the world of science - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -